Rabu, 18 Juni 2014

KLTP



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera. Letak geografis dan iklim Indonesia yang memungkinkan tumbuh suburnya tumbuhan menjadikan Indonesia Negara yang kaya akan tumbuhan yang potensial dan bermanfaat atau berkhasiat. Tetapi pemanfaatan dan pengolahan tumbuh-tumbuhan yang ada baru sebagian kecil, sehingga masih banyak tumbuhan yang berkhasiat dan bermanfaat belum dimanfaatkan secara optimal.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis.
Namun sebelum tanaman tersebut digunakan proses awal yang perlu dilakukan kita harus mengetahui terlebih dahulu senyawa apa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut.
Kromatografi  merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase  diam dapat berupa  bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil atau dalam  bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding  kolom.
B. Maksuddan Tujuan Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini, yaitu mengetahui dan memahami penentuan fraksi aktif flavonoid hasil KKK dan KCV ekstrak  daun Johar(Cassia Folium) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP).
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan fraksi aktif flavonoid hasil KKK dan KCV ekstrak  daun Johar(Cassia Folium) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Uraian Tanaman
1.    Klasifikasi Tanaman (Heyne, 1987)
Kingdom        : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom             : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi              : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas              : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas     : Rosidae
Ordo               : Fabales
Famili             : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus                        : Cassia
Spesies          : Cassia siamea
2.    Nama Daerah
Kayu Jawa (Gowa)
Johar (flores-Mbay))
3.    Morfologi
Cassia siamea merupakan pohon berukuran sedang dengan cabang yang kuat dan halus. Daunnya terdiri dari 7-10 pasang anak daun, petiole (tangkai daun) mempunyai panjang 2-3 cm, dan tulang daunnya sepanjang 10-25 cm.Kelopaknya berwarna kuning dan panjangnya 1,5-2 cm . Buahnya seperti kacang polong sebanyak 20-30 buah dengan ukuran 1-1,5 cm. Bunga Johar memiliki panjang 15-60 cm dengan 10-60 kuntum bunga. Setiap bunga memiliki benang sari 10. Biji berwarna coklat terang mengkilap, bundar telur pipih dengan ukuran 6,5-8 mm x 6 mm. (Steenis, 1981)
4.    Ekologi
Johar dapat tumbuh baik pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500 - 2800 mm (optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20 - 31 °C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5 - 7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl. (Anonim, 1999)
5.    Kandungan Kimia
Daun Johar menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. (Amri, 1995)
6.    Aktivitas Biologi / Khasiat
Daun Johar (Cassia siamea) banyak digunakan dalam pengobatan tradisional antara lain sebagai obat malaria, gatal, kudis, kencing manis, demam, luka dan dimanfaatkan sebagai tonik karena memiliki kandungan flavonoid dan karotenoid yang cukup tinggi (Heyne 1987).
B.   Teori Umum
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase  diam dapat berupa  bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil atau dalam  bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding  kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase  gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair  dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang di gunakan selalu cair (Rohman,2009).
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai  macam, tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme  pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi (Rohman, 2009):
a.    Kromatografi adsorbsi
b.    Kromatografi partisi
c.    Kromatografi pasangan ion
d.    Kromatografi penukar ion
e.    Kromatografi ekslusi ukuran
f.     Kromatografi afinitas


Salah satu metode pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan memakai peralatan sangat sederhana ialah kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah gram,sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm) sebagai pengganti lapisan penyerap yang tipis (Nasution, 2010).
Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik pemisahan cara lama yang digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini kromatografi lapis tipis digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer Chromatography) atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (Munson, 2010).
Meski banyak terdapat metode seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat metode lain yang pembiayaannya paling murah dan memakai peralatan paling dasar yaitu Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). adsorben yang paling banyak digunakan yaitu  silika gel yang dipakai untuk pemisahan campuran lipofil maupun senyawa hidrofil. ketebalan adsorben yang paling sering digunakan ialah 0,5 – 2 mm. pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran tingkat mutu KLT  (Hostettmann, 2006).
Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi kromatografi lapis tipis kuantitatif (Nasution, 2010).
Proses isolasi kromatografi lapis tipis preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Nasution, 2010).
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan aluminium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat tambahan Kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi senyawa netral, asam dan basa. Aluminum iksida mempunyai kemampuan koordinasi dan oleh karena itu sesuai untuk pemisahan senyawa yang mengandung gugus fungsi yang berbeda. Alu,inium okida mengandung ion alkali dan dengan demikianbereaksi sebagai basa dalam suspensi air. Disamping kedua adsorben yang sangat aktif ini dalam hal tertentu dapat digunakan “kieselgur” yang kurang aktif sebagai lapis sorpsi (Munson, 2010).
Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).
Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstrasi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan  air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenil oleh karakter itu warnnya berubah bila ditambah basa atau amonia. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjungsi sehingga kan menunjukan  pita serapan yang kuat pada sinar UV (ultraviolet) dan sinar tampak (Harbone 1987).
Salah satu kelas yang banyak tersebar dari senyawa fenolat adalah flavonoid. Golongan ini  memberikan  warna   pada    buah   dan bunga. Flavonoid telah banyak dikarakterisasi dan   digolongkan berdasarkan struktur kimianya. Flavonoid adalah senyawa fenolat yang terhidroklisasi dan    merupakan     senyawa     C -C -C    dimana   C  diganti    dengan    cincin 6 benzena dan C6 adalah rantai alifatik yang terdiri dari cincin piran. Ada 7 tipe   flavonoid   yaitu  flavon,   flavonol,   khalkon,   xanton,   isoflavon,   dan biflavon. Uji flavonoid dengan HCl untuk mendeteksi senyawa yang mengandung inti benzopiranon. Warna merah  atau   warna    ungu    yang   terbentuk merupakan garam benzopirilium, yang   disebut   juga   garam   flavilium  (Harbone, 1987).
Pereaksi Semprot pada KLT
Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk KLT
Pereaksi semprot
Komposisi
Perlakuan
Keterangan
Vanilin asam sulfat
1 gram vanilin dalam asam sulfat pekat
Disemprot dan dipanaskan hingga muncul warna
Pereaksi umum yang digunakan. Terpen akan menghasilkan warna merah atau biru
Asam fosfomolibdat
Asam fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol
Disemprot dan dipanaskan hingga muncul warna
Untuk mendeteksi terpen dengan bercak biru berlatar kuning
Reagen Dragendorff
10 mL larutan KI 40% ditambahkan dengan 10 mL larutan 0,85 gram bismuth subnitrat dalam 10 mL asam asetat dan 50 mL air. Larutan tersebut diencerkan dalam 10 mL asam asetat dan 50 mL air
Jika reaksi tidak spontan maka diperlukan pemanasan
Deteksi alkaloid menghasilkan warna oranye pekat hingga merah


a.     
BAB III
METODE KERJA
A.   Alat dan Bahan
1.     Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan, yaitu Batang pengadukpanjang, Chamber, Corong kaca, Gelas kimia, Gelasukur, Gunting, Lampu UV, dan Vial.
2.     Bahan yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu Aquadest, AlCl3, Aluminium foil, Etil asetat, , Fraksiaktif KKK dan KCV, Kapas, KertasSaring, Label, Lempeng KLTP,N-Heksan, dan Tissue.
B.   Cara Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.    Diambil fraksi aktif dari hasil KK dan fraksi aktif dari hasil KCV
3.    Ditotolkan berbentuk pita pada garis penotolan yang telah dibuat sebelumnya
4.    Lempeng yang digunakan berukuran 10 x 20 cm
5.    Setelah sampel ditotolkan, kemudian dielusi dengan eluen kloroform : aseton1 : 9 di dalam chamber KLTP
6.    Diamati di bawah sinar UV 366 dan 254 nm
7.    Setelah pengelusian, lempeng disemprot AlCl3 dan di amati di bawah lampu UV 366. Kemudian pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda
8.    Kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolat
9.    Ditampung dalam vial
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
a.    Hasil Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
1.    Fraksi 1 pada UV 254 nm
2.    Fraksi 1 pada UV 366 nm


3.    Fraksi 2 pada UV 254 nm
4.    Fraksi 2 pada UV 366 nm



BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Dimana pada KLT preparative pada dasarnya sama dengan kromatografi lapis tipis biasa, namun perbedaan yang nyata ialah pada KLT preparative menggunakan lempeng kaca yang besar (ukuran 10 x 20 cm) dengan ketebalan 0,5 dan sampel ditotolkan berupa garis lurus pada salah satu sisi lempeng. Dan pada bagian langkah akhir silica akan dikeruk yang mana disebut sebagai isolate.
KLTP memiliki keuntungan yaitu sebagai salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan dasar. Sedangkan kerugian KLTP yaitu pengambilan senyawa dari plat yang dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama dan jika senyawa beracun harus dikeruk dari plat akan meningmbulkan banyak masalah terus.
Cara kerja dari metode ini diambil fraksi aktif dari hasil KK dan fraksi aktif dari hasil KCV kemudian ditotolkan berbentuk pita garis penotolan yang telah dibuat sebelumnya. Lempeng yang digunakan berukuran 10 x 20 cm. setelah sampel ditotolkan, kemudian dikembangkan dengan eluen loroform : aseton1 : 9 didalam chamber KLTP. Setelah pengelusian, lempeng-lempeng dan diaamati di bawah lampu UV. Kemudian pita-pita tersebut dideteksi dan diberi bawah lampu UV. Kemudian pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolate. Senyawa dideteksi adalah flavonoid yang ditandaidengannoda yang berpendar di bawah UV 366 nm.
BAB VI
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh 1 pita yang aktif sebagai antioksidan.
B.   Saran
Sebaiknya dalam praktikum semua anggota kelompok ikut bekerja


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II. Universitas Muslim Indonesia; Makassar.

Amri Syaiful , 1995, Isolasi dan Penentuan Struktur Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Johar (Cassia Siamea Lamk.) ITB

Harborne. I.B., "MetodeFitokimia" ,terjemahan K. Radmawinatadan I. Soediso, penerbit ITB, Bandung, 1987.

Heyne, K.. 1987.Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 3. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Hostettmenn, K., dkk. 2006. Cara Kromatografi Preparatif.ITB:Bandung
Munson, James,W., 2010. Analisis Farmasi. Airlangga University Press: Surabaya

Nasution, A. Rosa. 2010. Isolasi Senyawa Triterpenoid atau Streoid  Universitas Sumatra Utara: Sumatra Utara.
Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi untuk Analisi Obat. Graha Ilmu: Yogyakarta

Steenis Van, C.G.G.J. 1978. Flora. P.T. Pradnya. Paramita Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar