BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terletak diantara dua benua dan dua
samudera. Letak geografis dan iklim Indonesia yang memungkinkan tumbuh suburnya
tumbuhan menjadikan Indonesia Negara yang kaya akan tumbuhan yang potensial dan
bermanfaat atau berkhasiat. Tetapi pemanfaatan dan pengolahan tumbuh-tumbuhan
yang ada baru sebagian kecil, sehingga masih banyak tumbuhan yang berkhasiat
dan bermanfaat belum dimanfaatkan secara optimal.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan
alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat
masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat
karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis.
Namun sebelum tanaman tersebut digunakan proses awal
yang perlu dilakukan kita harus mengetahui terlebih dahulu senyawa apa yang
terkandung dalam tumbuhan tersebut.
Kromatografi
merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel
terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul
kecil atau dalam bentuk cairan yang
dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom.
B. Maksuddan Tujuan Praktikum
Adapun
maksud dari percobaan ini, yaitu mengetahui dan memahami penentuan fraksi aktif
flavonoid hasil KKK dan KCV ekstrak daun
Johar(Cassia Folium) dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP).
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk
menentukan fraksi aktif flavonoid hasil KKK dan KCV ekstrak daun Johar(Cassia Folium) dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Uraian
Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman (Heyne, 1987)
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
(suku polong-polongan)
Genus :
Cassia
Spesies : Cassia siamea
2. Nama Daerah
Kayu Jawa (Gowa)
Johar (flores-Mbay))
3. Morfologi
Cassia
siamea merupakan pohon berukuran sedang dengan cabang yang kuat dan
halus. Daunnya terdiri dari 7-10 pasang anak daun, petiole (tangkai daun)
mempunyai panjang 2-3 cm, dan tulang daunnya sepanjang 10-25 cm.Kelopaknya
berwarna kuning dan panjangnya 1,5-2 cm . Buahnya seperti kacang polong
sebanyak 20-30 buah dengan ukuran 1-1,5 cm. Bunga Johar memiliki panjang 15-60
cm dengan 10-60 kuntum bunga. Setiap bunga memiliki benang sari 10. Biji
berwarna coklat terang mengkilap, bundar telur pipih dengan ukuran 6,5-8 mm x 6
mm. (Steenis, 1981)
4. Ekologi
Johar dapat tumbuh baik
pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson,
dengan curah hujan antara 500 - 2800 mm (optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan
temperatur yang berkisar antara 20 - 31 °C. Johar menyukai tanah-tanah
yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5 - 7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan
pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl. (Anonim, 1999)
5. Kandungan Kimia
Daun Johar menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
(Amri, 1995)
6. Aktivitas Biologi / Khasiat
Daun Johar (Cassia siamea) banyak
digunakan dalam pengobatan tradisional antara lain sebagai obat malaria, gatal,
kudis, kencing manis, demam, luka dan dimanfaatkan sebagai tonik karena memiliki
kandungan flavonoid dan karotenoid yang cukup tinggi (Heyne 1987).
B.
Teori
Umum
Kromatografi merupakan suatu proses
pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase,
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam dapat berupa bahan padat
atau porus dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung
padat atau dilapiskan pada dinding
kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan
sebagai fase gerak, maka prosesnya
dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak
yang di gunakan selalu cair (Rohman,2009).
Kromatografi dapat dibedakan atas
berbagai macam, tergantung pada
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme
pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi (Rohman, 2009):
a.
Kromatografi
adsorbsi
b.
Kromatografi
partisi
c.
Kromatografi
pasangan ion
d.
Kromatografi
penukar ion
e.
Kromatografi
ekslusi ukuran
f.
Kromatografi
afinitas
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan
biaya paling murah dan memakai peralatan sangat sederhana ialah kromatografi
lapis tipis preparatif (KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah
gram,sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif
dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm) sebagai pengganti
lapisan penyerap yang tipis (Nasution, 2010).
Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik
pemisahan cara lama yang digunakan secara luas, terutama dalam analisis
campuran yang rumit dari sumber alam. Tetapi dalam kuantisasi belakangan ini
kromatografi lapis tipis digantikan oleh “HPLC” (High Performance Thin-layer
Chromatography) atau Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (Munson, 2010).
Meski banyak terdapat metode seperti yang
telah disebutkan di atas, terdapat metode lain yang pembiayaannya paling murah
dan memakai peralatan paling dasar yaitu Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
(KLTP). adsorben yang paling banyak digunakan yaitu silika gel yang
dipakai untuk pemisahan campuran lipofil maupun senyawa hidrofil. ketebalan
adsorben yang paling sering digunakan ialah 0,5 – 2 mm. pembatasan ketebalan lapisan
dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan
dengan KLTP. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran tingkat
mutu KLT (Hostettmann, 2006).
Pada kromatografi lapis tipis preparatif,
cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi
pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan
sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan
cara yang tidak merusak jika senyawa itu tanwarna, dan penyerap yang mengandung
senyawa pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap
dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi
sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan
cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan
campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi
kromatografi lapis tipis kuantitatif (Nasution, 2010).
Proses isolasi kromatografi lapis tipis
preparatif terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran
eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang
menyebabkan pemisahan (Nasution, 2010).
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam
kromatografi lapis tipis adalah silika gel dan aluminium oksida. Silika gel
umumnya mengandung zat tambahan Kalsium sulfat untuk mempertinggi daya
lekatnya. Zat ini digunakan sebagai adsorben universal untuk kromatografi
senyawa netral, asam dan basa. Aluminum iksida mempunyai kemampuan koordinasi
dan oleh karena itu sesuai untuk pemisahan senyawa yang mengandung gugus fungsi
yang berbeda. Alu,inium okida mengandung ion alkali dan dengan demikianbereaksi
sebagai basa dalam suspensi air. Disamping kedua adsorben yang sangat aktif ini
dalam hal tertentu dapat digunakan “kieselgur” yang kurang aktif sebagai lapis sorpsi
(Munson, 2010).
Pengembangan
plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa
plat. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan
berulang. Harus diperhatikan bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan
penyerap maka semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).
Flavonoid
Flavonoid merupakan
senyawa yang larut air, dapat diekstrasi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam
lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi.
Flavonoid berupa senyawa fenil oleh karakter itu warnnya berubah bila ditambah
basa atau amonia. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjungsi
sehingga kan menunjukan pita serapan yang kuat pada sinar UV
(ultraviolet) dan sinar tampak (Harbone 1987).
Salah
satu kelas yang banyak tersebar dari senyawa fenolat adalah flavonoid. Golongan
ini memberikan warna
pada buah dan bunga. Flavonoid telah banyak
dikarakterisasi dan digolongkan
berdasarkan struktur kimianya. Flavonoid adalah senyawa fenolat yang
terhidroklisasi dan merupakan senyawa
C -C -C dimana C
diganti dengan cincin 6 benzena dan C6 adalah
rantai alifatik yang terdiri dari cincin piran. Ada 7 tipe flavonoid
yaitu flavon, flavonol,
khalkon, xanton, isoflavon,
dan biflavon. Uji flavonoid dengan HCl untuk mendeteksi senyawa yang
mengandung inti benzopiranon. Warna merah
atau warna ungu
yang terbentuk merupakan garam
benzopirilium, yang disebut juga
garam flavilium (Harbone, 1987).
Pereaksi Semprot pada KLT
Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk KLT
Pereaksi
semprot
|
Komposisi
|
Perlakuan
|
Keterangan
|
Vanilin asam
sulfat
|
1 gram vanilin dalam asam sulfat pekat
|
Disemprot dan dipanaskan hingga muncul warna
|
Pereaksi umum yang digunakan. Terpen akan menghasilkan warna
merah atau biru
|
Asam
fosfomolibdat
|
Asam fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol
|
Disemprot dan dipanaskan hingga muncul warna
|
Untuk mendeteksi terpen dengan bercak biru berlatar kuning
|
Reagen
Dragendorff
|
10 mL larutan KI 40% ditambahkan dengan 10 mL larutan 0,85
gram bismuth subnitrat dalam 10 mL asam asetat dan 50 mL air. Larutan
tersebut diencerkan dalam 10 mL asam asetat dan 50 mL air
|
Jika reaksi tidak spontan maka diperlukan pemanasan
|
Deteksi alkaloid menghasilkan warna oranye pekat hingga
merah
|
a.
BAB
III
METODE
KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan, yaitu Batang pengadukpanjang, Chamber, Corong kaca, Gelas kimia, Gelasukur, Gunting, Lampu UV, dan Vial.
2.
Bahan
yang Digunakan
Adapun
bahan yang digunakan,
yaitu Aquadest, AlCl3,
Aluminium
foil, Etil asetat, , Fraksiaktif KKK dan KCV, Kapas, KertasSaring, Label,
Lempeng KLTP,N-Heksan, dan Tissue.
B.
Cara
Kerja
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Diambil
fraksi aktif dari hasil KK dan fraksi aktif dari hasil KCV
3.
Ditotolkan
berbentuk pita pada garis penotolan yang telah dibuat sebelumnya
4.
Lempeng
yang digunakan berukuran 10 x 20 cm
5.
Setelah
sampel ditotolkan, kemudian dielusi
dengan eluen kloroform
: aseton1 : 9 di dalam chamber KLTP
6.
Diamati
di bawah sinar UV 366 dan 254 nm
7.
Setelah
pengelusian, lempeng disemprot AlCl3 dan di amati di bawah lampu UV
366. Kemudian pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda
8.
Kemudian
dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolat
9.
Ditampung
dalam vial
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
a. Hasil Kromatografi Lapis
Tipis Preparatif
1.
Fraksi 1 pada UV 254 nm
2.
Fraksi 1 pada UV 366 nm
3.
Fraksi 2 pada UV 254 nm
4.
Fraksi 2 pada UV 366 nm
BAB V
PEMBAHASAN
Pada
praktikum ini dilakukan percobaan Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Dimana
pada KLT preparative pada dasarnya sama dengan kromatografi lapis tipis biasa,
namun perbedaan yang nyata ialah pada KLT preparative menggunakan lempeng kaca
yang besar (ukuran 10 x 20 cm) dengan ketebalan 0,5 dan sampel ditotolkan
berupa garis lurus pada salah satu sisi lempeng. Dan pada bagian langkah akhir
silica akan dikeruk yang mana disebut sebagai isolate.
KLTP
memiliki keuntungan yaitu sebagai salah satu metode pemisahan yang memerlukan
pembiayaan paling murah dan memakai peralatan dasar. Sedangkan kerugian KLTP
yaitu pengambilan senyawa dari plat yang dilanjutkan dengan pengekstraksian
penjerap memerlukan waktu lama dan jika senyawa beracun harus dikeruk dari plat
akan meningmbulkan banyak masalah terus.
Cara
kerja dari metode ini diambil fraksi aktif dari hasil KK dan fraksi aktif dari
hasil KCV kemudian ditotolkan berbentuk pita garis penotolan yang telah dibuat
sebelumnya. Lempeng yang digunakan berukuran 10 x 20 cm. setelah sampel
ditotolkan, kemudian dikembangkan dengan eluen loroform : aseton1 : 9 didalam chamber KLTP. Setelah
pengelusian, lempeng-lempeng dan diaamati di bawah lampu UV. Kemudian pita-pita
tersebut dideteksi dan diberi bawah lampu UV. Kemudian pita-pita tersebut
dideteksi dan diberi tanda kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai
isolate. Senyawa dideteksi adalah flavonoid yang ditandaidengannoda yang berpendar di bawah UV
366 nm.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh 1 pita yang aktif sebagai antioksidan.
B.
Saran
Sebaiknya
dalam praktikum semua anggota kelompok ikut bekerja
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II. Universitas Muslim Indonesia; Makassar.
Amri Syaiful , 1995, Isolasi dan Penentuan Struktur Kandungan
Kimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Johar (Cassia Siamea Lamk.) ITB
Harborne. I.B.,
"MetodeFitokimia" ,terjemahan
K. Radmawinatadan I. Soediso, penerbit ITB, Bandung, 1987.
Heyne, K.. 1987.Tumbuhan
Berguna Indonesia. Jilid 3. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hostettmenn, K., dkk. 2006. Cara
Kromatografi Preparatif.ITB:Bandung
Munson, James,W., 2010. Analisis Farmasi. Airlangga University Press: Surabaya
Nasution, A. Rosa.
2010. Isolasi Senyawa Triterpenoid atau Streoid
Universitas Sumatra Utara: Sumatra
Utara.
Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi untuk Analisi Obat. Graha
Ilmu: Yogyakarta
Steenis Van, C.G.G.J. 1978. Flora. P.T. Pradnya. Paramita Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar