Rabu, 18 Juni 2014

laporan fito KKK



BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
     Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa benrmanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan dari mekanismenya, kromatografi kolom merupakan terapan atau absobsi yang tidak boleh larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam.  Zat pengotor yang terdapat pada  fasa diam dapat menyebabkan absobsi tidak reversible sebagai fasa diam digunakan alumina, silica gel, arang, bauksit, magnesium karbonat, kalsium karbonat, talk, pati, sekelator, gula dan tanah diatom.Fasa gerak pada kromatografi kolom dapat  berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut polar dan nonpolar. Umumnya senyawa nonpolar dengan  berat molekul lebih cepat meninggalkan fasa diam
I.2  Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1   Maksud
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara penggunaan serta prinsip kerja kromatografi kolom konvensional menggunakan fraksinasi kasardaun Johar (Cassia folium).
I.2.2   Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini yaitu untuk  memisahkan senyawa kimia fraksinasi kasardaun Johar (Cassia folium)menggunakan kromatografi kolom konvensional berdasarkan warna dan tingkat kepolaran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolomkarena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom. Metode ini mdrupakan contoh kromatografi elusi karena linarut dielusi dari kolom (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam (Wijayakusuma, 1996):
a.    Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
b.    cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.
Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silikaatau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolomkromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakanmaterial terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal (Sudjadi,1994).
Kolom yang terbuat dari gelas diisi dengan fase diam berupa serbuk penyerap (seperti selulosa, silika gel, poliamida). Fase diam dialiri (dielusi)dengan fase gerak berupa pelarut (Gritter,1991).
Sampel yang mengandung campuran senyawa dituangkan ke bagian atas dari kolom, kemudian dielusi dengan pelarut sebagai fase gerak. Setiap senyawa/komponen dalam campuran akan didorong oleh fase gerak dan sekaligus ditahan oleh fase diam. Kekuatan senyawa ditahan oleh fase diamakan berbeda dengan senyawa lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom adalah fase diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam),ukuran kolom (diameter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi (Gritter,1991).









Untuk kromatografi kolom , kolom tertentu diisi dengan bahan penjerap /sorpsi dan pelarut pengembang dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Kolom yang diisi dengan bahan penjerap /sorpsi yang disebut kolom pemisah. Penggunaan kolom tergantung dari masalah pemisahan yaitu kolom berfilter dengan gelas bepori, yang pada ujung bawah menyempit (tabung allihn) atau tabung gelas yang pada bagian bawah menyempit  dan dilengkapi dengan kran sedangkan tabung bola jarang digunakan. perbandingan panjang tabung trhadap diameter pada umumnya ialah 40:1. Pengisian kolom dengan adsorben yang juga disebut pengemasan kolom , harus dilakukan dengan hari-hari dengan permukaan yang rata. Aluminium oksida atau silika gel dapat dikemas dengan metode kering kedalam kolom . Agar pemisahan rata, tabung diisi sambil diketuk-ketuk menggunakan tangan atau benda lunak lainnya pada dinding kolom (Stahl,1991).
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kranUkuran keseluruhan kolom beragam beragam , tetapi biasanya penjang sekurang-kurang 10 kali garis tengah dalammnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya. Ukuran kolom banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot campuran linarut (ekstrak) yang akan dipisahkan .Sifat ,derajat atau tingkat keaktifan penjerap da ukuran partikelnya betul-betul penting dalam pengembangan sistem kromatografi . Ukuran penjerap biasanya lebih besar daripada untuk KLT . Kemasan kolom biasanya 63-250 meter untuk kolom yang dijalannkan oleh gaya gravitasi (Raymond et al,2006).
Ada 3 pendekatan  yang digunakan untuk memilih pelarut meliputi (Anonim,2013) :
1.     Penelusuran pustaka
Pemilihan pelarut berdasarkan pendekatan ini biasanya dilakukan pada senyawa yang telah diketahui atau dipublikasikan
2.     Berdasarka profil KLT
Pendekatan ini akan mempermudah penentuan sistem eluen yang digunakan pada proses kolom karena dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan jumlah pelarut yang lebihh hemat sebelum diterapkan pada kolom. Intinya sistem eluen KLT dapat diterapkan langsung pada sistem eluen kolom jika sedah dianggap cocok.
3.     Landaian bertahap
Sistem landain bertahap mengikiti sistem deret eluotropi. Pendekatan ini mulai dari kepolaran terendah sampai tertinggi untuk mendapatkan hasil kromatogram yang sesuai.
Pengemasan Fase Diam /penjerap
1.     Cara kering ( Raymond et al. 2006)
Selapisan kapas/pasir bersih diletakkan didasar kolom, penjerap dituangkan kedalam kolom sedikit demi sedikit.Setiap pernambahan silika gel, permukaannya diratakan dan dimanpatkan.Alat pemanpat ini dapat berupa sumbat karet/bahan lunak yang dipasang pada ujung batang kaca atau gagang stik.
Setelah semua penjerap dimasukkan, pada bagian atas dilapisi kertas saring sehingga jika ditambahkan eluen, permukaan penjerap tetap rata.Eluen kemudian dimasukkan menggunakan pipet tetes secara memutar sambil membuka kran kolom pada bagian bawah.Eluen dibiarkan mengalir ke bawah melalui dan membasahi penjerap sampai eluen tersebut tepat sampai dikran kolom.
2.    Cara basah ( Raymond et al. 2006 )
Selapisan kapas/pasir bersih dimasukkan kedalam kolom, dan tabung diisi sepertiga dari volume kolom. Pelarut yang dipakai dalam proses pengemasan sama dengan pelarut yang akan digunakan pada kromotografi atau pelarut yang kepolarannya lebih rendah. Penjerap dibuat lumpuran menggunakan eluen tersebut  lalu dituangkan kedalam kolom. Lumpurkan dapat dimasukkan sekaligus atau sedikit  demi  sedikit.
Selama proses pengemasan, tabung dapat diketuk-ketuk pada semua sisi secara perlahan-lahan dengan sumbat karet atau bahan yang lunak agar diperoleh lapisan yang seragam. Kran dapat dibuka atau ditutup selama penambahan, namun tetap memperhatikan permukaan pelarut agar tetap merendam seluruh permukaan penjerap. Hal ini untuk mencegah masuknya udara dalam ruang antar partikel silika gel yang dapat menyebabkan gangguan pada proses isonasi.
Jika pelarut yang dipakai untuk membuat lumpuran berbeda dengan pelarut yang dipakai pada kromotografi, pelarut lumpuran  harus didesak keluar dengan pelarut  pengelusi terlebih dahulu sebelum cuplikan ditambahkan.
3.    Cara kemas basah
Cara ini dapat dibuat dengan mengisi tabung setengahnya dengan pelarut, lalu penjerap dalam keadaan kering dimasukkan kedalam kolom berupa aliran halus melalui corang .penjerap dibiarkan mengendap sementara tabung diketuk-ketuk ( seperti cara basah dan kering) agar terbentuk kemasan yang seragam dan mampat. Jika penjerap dimasukkan seluruhnya sekaligus, biasanya diperoleh kemasan fasediam dalam kolom  yang sangat baik. Pelarut berlebih dikeluarkan dari tabung agar diperoleh kolom penjerap dan dapat pula ditambahkan selapisan pasir yang telah dicuci untuk menutupi kertas saring.
Keterbatasan kromatografi kolom-terbuka klasik ialah sebagai berikut (Gritter,1991):
1. Pemisahan lambat
2. Penjerapan eluen yang tidak bolak-balik
3. Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil.











BAB III
PROSEDUR KERJA
III.1  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah batang pengaduk, botol UC, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, kertas saring, sendok tanduk besi, klem, pipet tetes, statif, timbangan analitik, vial.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalahaluminium foil, fraksi dietil eterdaun Johar (Cassia folium), etil-Asetat, kapas, kertas saring,methanol,  n-Hexan, silica gel kasar, tisu.
III.2  CaraKerja
1.    Penyiapan Kolom Kromatografi Kolom Konvensional
Alat-alat perangkat kromatografi kolom dicuci dengan metanol dan dikeringkan; Dirangkai alat kolom dan ditegakkan dengan bantuan statif dan klem.
2.    Pengemasan suspensi Silika
Ditimbang silika kasar sebanyak 40 gram, Silika  disuspensikan dengan denganpelarut n-Hexan; Dihomogenkan sampai tercampur merata sampai pelarutnya menguap menguap semua dan setelah itu dimasukkan ke dalam kolom.
3.    Penyiapan fraksi
Disiapkan alat dan bahan; Ditimbang fraksi sebanyak 1 gram; dan fraksi siap digunakan
4.    Prosedur Kerja Kromatografi Kolom Konvensional
Disiapkan alat dan bahan; Kolom yang telah dipasang dimasukkankapas pada ujung kolom (dasar kolom);dimasukkan  kertas saring:  Dimasukkan suspensi silika yang telahdisiapkan secara perlahan-lahan; Ditunggu beberapa saat sehingga mampat; Dimasukkan kertas saring; Dimasukkan sampel perlahan-lahan; Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mulaidari non-polar hingga polar, perbandingannya yaitu: n-Heksan: Etil Asetat9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan 0:10. Masing-masing eluen dibuat 50 mL; Ditampung dalam vial hinggamencapai volume 5 mL dan dipisahkan berdasarkan warna.









BAB IV
HASIL
a.    Hasil Kromatografi Kolom Konvensional
1.    Gambar Kromatografi Kolom Konvensional
2.    Gambar Hasil Fraksi-Fraksi Kromatografi Kolom Konvensional
                        Fraksi 1                                                          Fraksi 2
                        Fraksi 3                                                          Fraksi 4

                        Fraksi 5                                                          Fraksi 6

                        Fraksi 7                                                          Fraksi 8
                        Fraksi 9                                                          Fraksi 10

                        Fraksi 11                                            Fraksi 12
pemisahan  fraksi berdasarkan warna





3.    Gambar Noda Lempeng
4.    Gambar Lempeng dibawah UV







BAB V
PEMBAHASAN
Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi.
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar  terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom
Sistem pelarut dilakukan dengan cara menggantikan / mengubah kepolaran dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut merupakan campuran dua jenis pelarut dengan kepolaran berbeda.Dengan mengubah perbandingan campurannya kita dapat menggeser tingkat kepolaran dari eluen ini.Pada pengerjaannya di awali dengan satu jenis pelarut yaitu berupa heksan saja, kemudian digeser tingkat kepolarannya dengan mencampurkannya dengan pelarut etil asetat.Pencampuran dilakukan dengan perbandingan yang divariasikan secara bertahap, hingga diakhiri dengan hanya menggunakan etil asetat saja sebagai eluen.Dengan ini diharapkan dapat memberikan pemisahan yang lebih baik.
Eluen dialirkan untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir sekitar 100 tetesan per menitnya.Aliran eluen diatur agar tidak terlalu cepat agar komponen dapat terpisah. Alirannya pun diusahakan tidak terlalu lambat agar proses tidak terlalu lama. Eluen mengalir mengelusi sampel menyusuri fase diam di sepanjang kolom dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Dengan adanya perubahan tingkat kepolaran secara bertahap, keterikatan komponen terhadap pelarut dan keterikatan masing-masing komponen terhadap fase diam akan berubah-ubah, sesuai dengan sifat-sifat masing-masing komponen.. Komponen ini dibawa oleh pelarut dan tertampung pada vial penampung. Hasil pemisahan dapat diakumulasikan dan masih dalam keadaan terlarut dalam pelarut.
Proses pemisahan pada kromatografi kolom ini bisa dikatakan sebagai bentuk sederhana dari teknik kromatografi yang dilakukan dengan instrument kinerja tinggi. Kita juga bisa melakukan pemisahan dengan jenis eluen lain, atau dengan jenis absorben lainnya. Kolom di sini hanya sebatas berfungsi sebagai wadah.Bahan yang digunakan sebagai fase diam dapat berupa macam, baik itu dengan memanfaatkan prinsip partisi ataupun absorbsi.
Vial-vial tersebut secara berurutan akan mengandung senyawa nonpolar yang akan ditarik oleh senyawa non polar pula sebagai eluen. Itulahsebabnya dalam pembuatan eluen harus dibuat senyawa non polar ke polar.Penambahan eluen harus dilakukan 2 cm diatas sampel untukmenghindari sampel dan silica kering, sebab jika pada bagian silika ada yangbasah dan kering akan menyebabkan tidak meratanya eluen yang akandigunakan selanjutnya.
Keuntungan kromatografi kolom
1.     Hasil partisi yang diperoleh sangat bagus, sebab elusi terjadi secarawajar tanpa ada tekanan dari alat lain serta waktu kontak antara eluen.
2.     Dapat digunakan pada sampel dengan sampel yang jumlah yang sedikit
3.     Silika yang sudah digunakan dapt dicuci kembali sehingga lebih hemat
Kerugian kromatografi kolom
1.    Prosesnya tidak hemat waktu
2.    Alatnya konvensional dengan membutuhkan keahlian khusus dalam penggunaannya


BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkanhasilpercobaanini, makadapatdisimpulkanbahwa dari hasil kromatografi kolom konvensional di peroleh sebanyak 10 fraksi yang dipisahkan berdasarkan tingkat kepolaran dan 6 fraksi berdasarkan perbedaan warna.

















DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2013., “Penuntun Praktikum Fitokimia II”.,UMI; Makassar

Sudjadi., 1994., “Metode Pemisahan”.,Kanisius, Yogyakarta.

Gritter J.R, dkk., 1991., “Pengantar Kromatografi”., Penerbit ITB, Bandung.

Raymond G. Reid and Satyajit D. Sarker, 2006.Isolation of natural Product by Low-Pressure Collum Chromatografi in Sharker SD., Latif,Z and Gray , Al (ED). Natural Product Isolation Humana Press.Inc. Totowa New jersey

Sastrohamidjojo, Dr.H., 1985, ”Kromatografi”, Penerbit Liberty, Yogyakarta,

Stahl, E.1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopis. Terjemahan kosasih P., Iwang S., Penerbit ITB ;Bandung.

Wijaya, Kusuma Hembing, 1996, “Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”, Jilid IV, Pustaka Kartini, Jakarta.











LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar